Dikutip dari : www.baikdanbenar.com
Kalau anda menginginkan jawaban yang singkat, Dewasa adalah D-E-W-A-S-A.
Kalau anda menginginkan jawaban yang komperehensif, dewasa adalah :
- Mau Menerima Nasehat Yang Baik
Salah
satu bentuk Kedewasaan yang utama adalah mau menerima nasehat terutama
jika itu nasehat yang baik. Jika salah mau diingatkan dan diberitahu
yang baik, dan mau menerima nasehat supaya dirinya menjadi lebih baik
atau melakukan hal yang benar. Tidak keras kepala, bebal dan keras hati,
hanya memikirkan keinginannya saja tidak peduli dengan nasehat yang
baik padahal apa yang dilakukan sudah jelas-jelas salah. Sikap dewasa
adalah peduli dengan kebaikan, mau mendekat dengan hal-hal baik, mau
mencari tahu kebaikan dan mau menghiraukan nasehat-nasehat yang baik.
- Memiliki Kesadaran Yang Lebih Tentang Hal-Hal
Kedewasaan
biasanya pertama kali muncul dalam bentuk kesadaran yang lebih tentang
hal-hal. Kesadaran yang mencakup hal yang lebih luas dan menyeluruh
dalam hidup. Orang yang dewasa sadar apa yang dikatakannya, apa yang
dilakukannya, apa yang terjadi dalam dirinya, apa yang sedang terjadi di
sekitarnya, apa yang terjadi pada orang lain, apa masalah yang mungkin
timbul dari hal yang sedang terjadi dsb.
Meskipun
manusia tidak sempurna dan tidak mungkin bagi seseorang untuk sadar
100% tentang semua hal, tapi pribadi yang dewasa mempunyai kesadaran
tentang hal-hal setidaknya dengan cakupan yang lebih luas dan dalam
daripada orang pada umumnya. Karena kesadaran sudah muncul, pribadi yang
dewasa akan mudah untuk diajak berdiskusi, dealing untuk suatu hal dan
juga mudah untuk diajak menyelesaikan masalah yang ada. Easy to deal
with person.
- Memiliki Pemahaman Diri Yang Baik
Kedewasaan
yang utama adalah memiliki pemahaman diri yang baik. Dan ini mencakup
memahami apa kelebihan kita, apa kekurangan kita, apa sisi dalam diri
kita yang perlu dibenahi dan dirubah. Kemudian merespon berdasarkan
kebutuhan yang bersumber dari pemahaman diri tersebut. Misalnya, jika
merasa dan memahami bahwa diri kurang religius kemudian mendekat dan
bergaul dengan orang-orang yang lebih religius. Supaya diri terbantu
untuk bisa menjadi lebih religius. Jika paham diri kurang sabar maka
mendekat dan bergaul dengan orang-orang yang lebih sabar. Jika paham
diri egois maka bergaul dengan orang-orang yang lebih toleran dsb.
Pemahaman
diri yang baik sangat krusial karena itu membuat kita merespon dengan
cara yang membaikkan diri kita dan bukan sebaliknya. Ibarat misal kita
paham diri kita adalah “Api”, kita mencari “Air” untuk menetralisir.
Tapi jika misalnya kita “Api” dan tidak sadar bahwa kita “Api”, mungkin
kita justru akan mencari bensin dan membuat segala sesuatunya
‘terbakar’. Sebaliknya pemahaman diri yang kurang itu sifat kekanakan
yang utama, seringnya merespon dengan cara yang justru membuat segala
sesuatunya menjadi semakin buruk. Jadi langkah pertama untuk belajar
menjadi dewasa adalah dengan berusaha memiliki pemahaman diri yang baik.
- Bagus Dalam Menahan Diri
Menahan
diri adalah salah satu hal paling bagus yang bisa dilakukan manusia.
Bahkan ada ritual yang diwajibkan dan itu fokus untuk menahan diri :
Puasa. Apa esensi dari puasa? Apakah sekedar menahan lapar dan haus?
Tentu saja tidak. Esensi puasa adalah menahan hawa dan nafsu dan cakupan
dari hawa dan nafsu itu luas. Contoh umum misalnya marah, orang menjadi
marah kalau tidak bisa menahan emosi. Dengan kata lain kegagalan dalam
menahan emosi. Dan solusi supaya seseorang menjadi tidak pemarah adalah
sering-sering belajar menahan emosinya.
Menahan
diri, kami menyebutnya lebih menyerupai seperti ‘olahraga’ yaitu
sesuatu yang harus dilatih dengan kadar sedikit demi sedikit sampai bisa
melakukannya dengan baik. Orang yang dewasa bisa menahan hal-hal yang
tidak baik dari dirinya keluar dan merugikan sekitarnya, sebaliknya bisa
hanya memunculkan yang baik dari dirinya saja dan itu juga baik untuk
sekitarnya. Jadi banyaklah belajar menahan diri, menahan segala sesuatu
dari diri kita yang itu sumbernya dari hawa dan nafsu kita karena itu
pasti negatif. Bicara itu perlu, tapi banyak berbicara yang tidak ada
isinya dan tidak ada manfaatnya akan terlalu berlebihan. Jadi kita punya
hak berbicara tapi sebaiknya menahan diri untuk bicara hanya yang baik
dan ada manfaatnya saja. Makan itu perlu tapi kalau tidak menahan diri
kita akan sering makan sesuatu yang tidak ada manfaatnya untuk tubuh dan
juga keluar banyak biaya. Ada banyak orang yang hobi makan di
tempat-tempat yang mahal. Tapi coba pikirkan apakah yang dimakan itu
bermanfaat untuk tubuh? Dan apakah tidak keluar banyak biaya? Yang
dimakan tidak ada manfaatnya untuk tubuh plus keluar banyak uang.
Daripada melakukan itu simple lebih baik orang yang makan di rumah
dengan masakan yang sederhana, murah tapi higienis dan bermanfaat untuk
tubuhnya. Itu beberapa contoh menahan diri secara positif. Jika
seseorang terus berlatih menahan diri, lama kelamaan dia sanggup menjadi
“Master” untuk dirinya sendiri. Dengan kata lain bisa mengontrol dan
mengendalikan dirinya sendiri. Dan itu pada akhirnya akan memunculkan
kemampuan untuk mengalahkan salah satu musuh besar manusia yaitu egonya
sendiri.
- Mempunyai Kemampuan Meredam Dan Memanage Ego
Dalam
banyak hal sebenarnya individu dalam hati menyadari hal-hal yang harus
disadarinya. Sering terjadi yang menghambat dan membuat segala sesuatu
semakin buruk adalah Ego. Bisa dikatakan Ego adalah faktor penghambat
terbesar untuk kita menjadi dewasa. Kedewasaan dan Ego adalah musuh
bebuyutan. Selama kita belum bisa meredam dan memanage ego, kita belum
akan bisa menjadi dewasa. Sebaliknya pribadi yang dewasa sudah mempunyai
kesadaran disaat tanda-tanda ego
muncul di dalam dirinya. Kemudian sanggup meredam dan memanage egonya
sendiri supaya itu tidak berbenturan dengan individu lain. Pribadi yang
dewasa menganggap meredam dan memanage ego adalah tanggung jawab sebagai
individu. Karena sadar itu bisa menimbulkan masalah, benturan atau
konflik, memperburuk situasi dan menimbulkan masalah-masalah yang tidak
perlu.
- Bisa Memposisikan Diri Dengan Baik
Bentuk
kedewasaan yang lain yaitu bisa memposisikan diri dengan baik. Paham
dirinya sedang berada dimana, bagaimana konteksnya, dimana
batasan-batasannya dan apa hak dan kewajibannya. Itu semua terjadi
secara alami muncul dari dirinya tanpa diberitahu atau dinasehati (
Sadar dengan sendirinya ). Contoh konkritnya begini, seseorang menjadi
pegawai di sebuah perusahaan. Di satu sisi dia merasakan beberapa
keluhan tentang sistem atau kenyamanan tempatnya bekerja kemudian
mempunyai beberapa keinginan atas hal itu. Darisitu dia ingin
menyampaikan keinginannya itu ke atasan atau siapapun yang berwenang
membuat keputusan untuk hal itu. Tapi di dalam menyampaikan keinginan
itu sudah dibarengi dengan beberapa kesadaran misalnya :
– Saya mempunyai keinginan dan berhak untuk didengarkan.
–
Di sisi lain ada individu-individu lain di tempat saya bekerja dan
mereka mempunyai hak yang sama. Maka dari itu saya harus bersedia
bernegosiasi dan berkompromi untuk mencari titik temu dengan
keinginan-keinginan yang berbeda.
–
Karena hak saya juga dibatasi oleh hak orang lain, saya harus bisa
menerima seandainya tidak semua keinginan saya bisa diakomodir demi
untuk kebaikan bersama.
– Saya berhak
menyampaikan keinginan dan pendapat tapi atasan saya berhak membuat
keputusan. Jika ternyata keputusannya tidak sesuai dengan keinginan saya
maka saya juga harus bisa menerima itu ( Tidak dendam, emosi, merajuk
dsb ).
– Jika ternyata keputusan
perusahaan tidak sejalan dengan keinginan
saya, saya harus bisa menerima
dan menghormati itu. Tapi kalaupun saya tidak bisa menerima maka saya
harus memahami bahwa itu menjadi masalah saya pribadi, menjadi dealing
saya dengan diri saya sendiri dan pointnya adalah saya tidak bisa
membuat segala sesuatu terjadi seperti keinginan saya.
Itulah
contoh situasi dari kedewasaan dalam bentuk bisa memposisikan diri.
Mungkin anda berfikir itu contoh yang terlalu sempurna dan yang banyak
terjadi tidak seperti itu. Itu benar seperti yang sudah kami sampaikan
bahwa manusia tidak sempurna. Tapi pribadi yang dewasa kesadarannya
dalam memposisikan diri setidaknya sudah mencakup area yang lebih luas.
Kita asumsikan ada 5 point yang harus disadari, dia sadar 4 point. Dan
meskipun ada point yang dia belum sadar, tapi untuk pribadi yang dewasa
tidak sulit untuk membuatnya sadar tentang itu. Dialog dan upaya untuk
membuatnya sadar itu akan minimal. Hal ini berhubungan dengan point
selanjutnya…
- Mudah Dibuat Mengerti
Mudah
dibuat mengerti, dengan kata lain tidak keras kepala dan tidak kepala
batu. Bersedia beradaptasi untuk mencari sudut pandang yang tepat supaya
dirinya bisa melihat sesuatu secara proporsional. Jika ada
kesalahpahaman, mudah untuk dijelaskan atau diluruskan. Jika melakukan
kesalahan, mudah untuk memahami kesalahannya dan mudah untuk meminta
maaf. Jika orang lain yang melakukan kesalahan, mudah untuk memaklumi
dan memaafkan. Orang yang kita tidak butuh mengeluarkan banyak upaya dan
energi untuk membuat dia mengerti dan memahami sesuatu hal, suatu
kondisi atau suatu masalah. Mudah diajak bicara dan diskusi untuk
hal-hal yang sifatnya menuju titik temu. Tidak perlu harus selalu ribut
dan bertengkar untuk mencari titik temu dari situasi-situasi yang ada.
- Melihat Dan Menyimpulkan Sesuatu Secara Imbang Dan Proporsional
Bentuk
kedewasaan yang lain adalah melihat dan menyimpulkan sesuatu secara
bijak, sabar, imbang, di tengah-tengah dan proporsional. Seperti apakah
sikap kekanakan itu? Salah satunya adalah melihat dan menyimpulkan
sesuatu secara kebablasan, kalau gak bablas ke ‘kiri’ ya bablas ke
‘kanan’. Tidak bisa imbang atau di tengah-tengah. Ini adalah akibat dari
melihat dan menyimpulkan sesuatu masih dengan emosi. Situasi dilihat
dan disimpulkan sekedar supaya sesuai keinginan dan bukan bagaimana dari
sisi yang seharusnya( atau sisi yang benar ). Jadi sikap dewasa adalah
kebalikan dari itu.
Contoh situasinya
begini, untuk orang yang masih kekanakan jika melakukan kesalahan akan
sulit untuk diingatkan dengan tanpa menimbulkan masalah, atau dengan
tanpa dia menyimpulkan teguran yang diberikan kepada dirinya ‘keluar’
dari proporsi yang seharusnya. Teguran yang disampaikan kepada dirinya,
sulit untuk menemui ‘sasaran’ karena itu diartikan bablas ke satu sisi
atau sisi yang lainnya. Dan seringnya itu cuma karena ingin menghindar
dari kesalahan. Efeknya adalah hal yang simple jadi rumit, bahkan untuk
diri sendiri. Orang dengan sikap kekanakan menjadi pribadi yang sulit
untuk diajak bicara untuk mencari titik temu.
Sebaliknya
orang dengan sikap dewasa misal dia melakukan kesalahan, sebuah teguran
yang tepat akan mudah menemui sasaran dengan tanpa menimbulkan efek
yang tidak perlu. Pribadi yang dewasa bisa menerima teguran yang
beralasan dengan bijak dan proporsional, sekaligus dengan tanpa harus
merasa rendah diri atau merasa diri buruk. Teguran itu direspon secara
positif dan tepat dan juga teguran tidak diartikan keluar dari
proporsinya hanya karena ingin mengelak dari kesalahan.
- Selalu Bersedia ‘Menyisakan’ Ruang Untuk Titik Temu
Apakah
orang yang dewasa tidak bisa salah paham dan tidak bisa mempunyai
masalah dengan orang lain? Tentu saja bisa karena sedewasa apapun
seseorang tetap saja masih manusia biasa, dengan segala sifat yang
manusiawi. Tapi perbedaannya, jika orang yang dewasa salah paham atau
punya masalah dengan orang lain, dia bersedia menyisakan ruang untuk
terjadinya titik temu. Meskipun mungkin sudah menyimpulkan sesuatu tapi
masih bisa ditawar atau di ‘nego’ supaya ada jalan tengah atau titik
temu dengan pihak lain. Untuk apapun yang sudah disimpulkannya, masih
bersedia mendengar dan berpikiran terbuka supaya terjadi titik temu.
Semua orang bisa salah paham dan mempunyai masalah dengan orang lain,
kedewasaan adalah pembeda dalam bagaimana menyikapi hal tersebut. Jika
terjadi masalah, sikap dewasa adalah sikap yang mendukung terwujudnya
titik temu, jalan keluar dan penyelesaian masalah.
- Melihat Situasi Dalam Bentuk Pilihan Atau Opsi-Opsi
Kedewasaan
adalah juga suatu kondisi disaat di dalam diri kita sudah muncul
kemampuan untuk memilah sikap dan respon dalam bentuk opsi-opsi.
Kemudian mempertimbangkan masing-masing opsi dan memilih salah satu opsi
yang dianggap terbaik sebagai SIKAP atau RESPON.
Jadi
sebaliknya, Kekanakan adalah kondisi dimana “Sikap” dan “Respon” masih
sebuah hal yang impulsif begitu saja muncul dari diri tanpa disadari dan
dikendalikan.
Alaminya, apa yang
terjadi di dalam diri kebanyakan orang disaat berada dalam sebuah
situasi atau masalah? Merespon, dan salah satunya dalam bentuk sikap
tapi “Respon” yang keluar dari dalam diri itu sifatnya masih sebuah
reflek. Sebuah spontanitas yang cenderung tidak disadari dan tidak
dikontrol. Muncul dengan begitu saja dari dalam diri secara impulsif.
Kedewasaan
adalah sebuah kondisi diri, dimana kemampuan untuk mengontrol respon
dan sikap itu sudah muncul. Sebagai gambaran pribadi yang dewasa disaat
berada dalam sebuah situasi atau masalah akan berfikir : Apa saja opsi
saya dalam situasi atau masalah ini dan apa opsi terbaik yang bisa saya
ambil sebagai Sikap atau Respon?
Hasil
akhirnya tetaplah sebuah “Sikap” dan “Respon” hanya perbedaannya, itu
menjadi sebuah “Sikap” dan “Respon” yang sudah dihitung dan
dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya. Darisitu, Sikap atau Respon itu
menjadi sesuatu yang terukur efek dan dampaknya. Dengan kata lain
menjadi minimal dampak buruk atau dampak yang tidak diinginkan yang
muncul dari Sikap dan Respon tersebut.
Secara
garis besar ini adalah perbedaan bersikap dan merespon menggunakan
logika dengan menggunakan emosi. Kedewasaan adalah bersikap dan merespon
dengan menggunakan logika, sebaliknya Kekanakan adalah bersikap dan
merespon dengan emosi. Dalam sebuah sikap atau respon yang bersifat
reflek dan spontan, faktor apa yang biasanya mempengaruhi dan
mengendalikan itu?
Rasa marah,
jengkel, tersinggung. cemas, khawatir, cemburu dan sebagainya. Intinya
hal-hal yang bersumber dari impuls, emosi atau perasaan. Karena itu
muncul dari emosi biasanya efek atau dampaknya menjadi tidak terukur,
dalam arti banyak efek yang muncul bahkan tidak disadari oleh individu
yang mengeluarkan sikap dan respon tersebut.
Kemampuan
memilih opsi-opsi dari situasi atau masalah yang ada kemudian memilih
opsi terbaik sebagai sikap atau respon, artinya sangat luas. Jika
individu sudah memiliki kemampuan itu di dalam dirinya, itu bisa
diartikan dirinya sudah memiliki Kedewasaan. Karena pasti sudah terjadi
proses sampai menuju kondisi tersebut. Itu bukanlah sebuah pencapaian
pribadi yang bisa begitu saja didapat dengan instan. Itu memerlukan
kebijaksanaan dan management diri yang baik dimana biasanya untuk
mencapai itu, individu biasanya sudah mempunyai banyak pengalaman hidup.
Pengalaman
hidup adalah faktor krusial yang mempengaruhi kedewasaan. Biasanya kita
sulit menjadi dewasa tanpa mengalami banyak hal terlebih dahulu.
Pengalaman hidup berfungsi sebagai semacam jam terbang. Dan seperti yang
kita sudah tahu, di bidang apapun kita butuh jam terbang untuk sampai
pada performa terbaik.
Pengalaman
hidup adalah juga proses supaya kita mendapatkan sudut pandang terbaik
dari suatu hal. Proses yang terjadi dalam pengalaman hidup, adalah
proses try and error dari hal-hal yang menurut kita benar. Dimana proses
itu terjadi dengan cara kita melakukan apa yang menurut kita benar
kemudian dari kejadian-kejadian hidup yang kita alami yang memberitahu
kita apakah yang menurut kita benar itu sudah benar atau belum. Dari
masalah, hambatan atau rintangan dari melakukan apa yang menurut kita
benar itulah yang akan memberi kita sudut-sudut pandang baru tentang apa
yang menurut kita benar. Analoginya seperti ilmuwan yang sedang
melakukan riset dan eksperiment. Eksperiment pasti dimulai dari sebuah
ide tentang sesuatu, kemudian itu di uji coba, terjadi sekian kesalahan,
terus dicoba dengan cara, rumus atau bahan yang berbeda sampai akhirnya
menemukan formula terbaik. Pengalaman memberikan dampak ke dalam hidup
kita persis dengan cara seperti ini. Diawali dengan kita melakukan yang
kita pikir benar, darisitu muncul hambatan atau masalah, kemudian kita
berfikir apa solusinya dan pendekatan apa yang harus dirubah, kemudian
solusi dan pendekatan yang berbeda itu kita coba lakukan dan begitu
seterusnya sampai kita menemukan ‘formula’ terbaik.
Seorang
ilmuwan tidak menemukan formula terbaik dengan cara mempunyai ide,
mencobanya sekali dan kemudian selesai formula ajaib sudah ditemukan
dengan begitu saja. Pasti ada proses untuk itu yang cukup panjang.
Sekian percobaan atau try and error, sekian pendekatan yang dirubah,
sekian rumus yang dirubah, sekian metode yang dirubah, sekian bahan yang
dirubah dan sebagainya. Begitu juga dengan proses kita menjadi dewasa,
itu tidak terjadi dengan begitu saja. Tapi terjadi dengan awalnya kita
melakukan hal yang menurut kita benar, try and error, mencoba berbagai
cara dan berbagai pendekatan sampai kita di titik mendapatkan sudut
pandang yang paling benar atau paling ideal dari sesuatu.
Semua
proses yang terjadi itulah yang pada akhirnya membawa kita pada sebuah
kondisi yang disebut dengan Dewasa. Dan seperti yang sudah kami
sebutkan, Kedewasaan salah satunya adalah kemampuan melihat situasi atau
masalah yang ada dalam bentuk opsi-opsi kemudian memilih opsi terbaik
sebagai sikap atau respon. Hasil akhirnya itu membuat anda mempunyai
kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri dan sikap atas hal-hal yang
anda hadapi dalam hidup anda.
Kedewasaan yang sempurna…
Bentuk
kedewasaan yang terakhir ini sangat sulit dan hanya sedikit yang
benar-benar bisa melakukannya tapi asalkan kita mau berusaha untuk itu,
maka pasti akan ada kemajuan dalam kedewasaan kita…
Kedewasaan
yang sempurna adalah disaat orang menyakiti anda, anda berusaha
memahami dan memaklumi situasinya dan tidak membalas menyakiti.
Seperti
yang kita tahu, sangat jarang kita melihat hal ini dan sangat sedikit
contoh dari hal ini yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Ini bukan hal yang mudah dan sangat berlawanan dengan kecenderungan
manusia. Tapi yang diperlukan hanyalah kita mau untuk mencoba dan tidak
harus langsung bisa. Bisa itu sendiri akan datang dengan berjalannya
waktu setelah terus mencoba. Hal terpenting pertama adalah menyetujui
hal ini kemudian mau mencobanya. Atau kalaupun belum mau mencoba tapi
dalam hati membenarkan hal ini dulu dan berniat suatu saat mencobanya.
Apakah Kedewasaan atau Sikap Dewasa bisa selalu bekerja?
Tergantung
situasinya. Dalam konteks hubungan dengan orang lain atau hubungan
sosial, ada saatnya meskipun anda sudah berusaha menjadi dewasa itu
tidak membuat perbedaan. Jika anda berada dalam sebuah komunitas yang
semuanya masih kekanakan, kedewasaan anda mungkin bukan hal yang
dihargai dan juga tidak menyelesaikan masalah. Karena dalam sikap dewasa
itu artinya adalah anda berusaha bersikap dengan benar. Tapi anda
berusaha bersikap dengan benar itu bisa menjadi tidak berarti jika anda
berada di lingkungan yang bahkan tidak peduli dengan sikap. Anda
berusaha bersikap dengan benar di dalam lingkungan yang bahkan tidak
peduli seperti apakah sikap yang benar atau salah itu. Jika anda berada
dalam situasi ini, kemungkinan besar kedewasaan anda tidak membuat
hal-hal yang tidak beres bisa menjadi beres. Simple, anda berada di
lingkungan yang salah. Meskipun begitu, Kedewasaan lebih bersifat sebuah
kewajiban. Kalau anda berada di lingkungan seperti itu, janganlah itu
menyurutkan langkah anda untuk berusaha menjadi dewasa. Terlepas dari
seperti apa lingkungan kita, menjadi individu yang dewasa adalah sebuah
kewajiban dan pencapaian dalam hal kebaikan yang harus kita upayakan.
Sebaliknya
jika anda berada komunitas atau lingkungan yang peduli dengan
sikap-sikap yang baik, kedewasaan anda akan sangat dihargai dan juga
membuat keadaan menjadi lebih baik. Jika anda misalnya seorang pegawai
di sebuah kantor dan anda pribadi yang dewasa, anda pasti akan menjadi
rekan kerja yang menyenangkan dan berkualitas untuk rekan-rekan kerja
anda, dan anda juga akan menjadi bawahan yang disenangi oleh atasan
anda. Seorang pegawai yang dewasa dan mempunyai kesesuaian sikap dengan
kultur kerja, mudah dibuat mengerti dan kooperatif adalah tipe pegawai
yang diimpikan semua pemimpin perusahaan. Dalam situasi seperti itu,
kedewasaan anda membawa perubahan baik pada keadaan dan juga akan di
apresiasi oleh lingkungan anda secara semestinya.
Sebuah
keadaan baik di dalam diri, akan lebih mudah dicapai jika kita berada
di dalam lingkungan yang mendukung hal tersebut. Supaya kita lebih mudah
menjadi pribadi yang dewasa tentu saja sebaiknya kita bergaul dengan
individu-individu yang dewasa. Karena lingkungan yang tepat itu akan
banyak membantu kita melewati proses-proses yang sulit dari menjadi
pribadi yang dewasa. Jadi jika anda sedang ingin menjadi pribadi yang
dewasa, berusahalah selektif dalam memilih teman dan lingkungan anda.
sumber: http://www.baikdanbenar.com/apa-arti-kedewasaan-dan-bagaimana-menjadi-dewasa.html
0 komentar:
Posting Komentar