photo 1798095_10200699501448464_1171711221_n_zpsmnk0iyem.jpg





Manusia lahir karena hasrat. Oleh karena itu manusia pasti memiliki hasrat. Hasratlah yang terus mendorong   menusia untuk berusaha dan maju. Hasrat ini melekat dalam diri manusia namun dibedakan menjadi dua macam. Yang pertama ialah hasrat yang lahir dari dalam diri sedangkan lainnya ialah yang dipengaruhi oleh situasi di luar dirinya.

Hasrat yang lahir dari dalam diri seseorang disebut kebutuhan. Ia sangat melekat pada pribadi manusia dan tidak dapat dipisahkan. Dalam hal ini kebutuhan bersifat kodrati atau lahiriah. Lain halnya dengan hasrat yang timbul akibat situasi di luar diri manusia. Hal ini disebut keinginan. Ia tidak melekat pada manusia sejak lahir. Keinginan juga tidak harus dipenuhi sekalipun sangat penting bagi tumbuh kembangnya kepribadian manusia.
Dua hal ini sangat sulit dibedakan di tengah dunia modern saat ini. Manusia tidak hanya berusaha memaknai hidup dengan karyanya namun juga dengan kekuasaannya. Manusia tidak lagi hanya memikirkan makanan, pakaian dan kebutuhan hidup yang mendasar. Manusia lebih berhasrat melebihi sesamanya atau paling tidak sama. Apa yang dimiliki dan dinikmati sesama yang lain juga harus dialaminya.

Dalam refleksi kehidupan kita, kenyataan hidup yang tanpa arah sering terjadi. Hal ini terjadi karena kita tidak mampu mengendalikan keinginan kita. Saat ada cukup uang malah terasa kurang karena banyak keinginan terpendam dalam benak serta merta menjadi kebutuhan yang seolah-olah harus terpenuhi. Namun saat dalam kondisi kekurangan, maka hal-hal yang termasuk dalam kebutuhan dapat disiasati menjadi keinginan sehingga bersifat tidak prioritas.

Melihat realitas ini, maka kita perlu merenungkan potongan hidup kita. Kita satukan seluruh kenangan dan pengalaman kita sebagai manusia. Apakah hidup kita dibiarkan mengalir begitu saja atau merupakan hasil perencanaan yang matang, komitmen yang kuat dan atas semangat iman kita. Di tengah dunia yang dinamis, kita patut menjadi bijaksana menyikapi situasi di luar diri kita. Jika mungkin kita dapat membuat hidup kita statis karena masih banyak yang jauh dibawah standar hidup layak. Mungkin kita mempertahankan kebutuhan kita saat kita sedang kelimpahan penghasilan dan berniat membangun kehidupan sosial yang adil dan merata.

Cobalah kita menjalani hidup apa adanya dan tidak harus menjadi tak terkendali. Hidup sederhana bukan hanya berarti biasa-biasa saja.  Hidup sederhana juga dapat diartikan sebagai hidup yang penuh rencana agar tidak ada pemborosan. Kita dapat berlatih menggunakan segala kepunyaan kita untuk mencapai tujuan hidup kita dan bukan tujuan hidup orang lain. Agar tidak ada pemborosan dan pemanfaatan energi untuk hal yang kurang tepat, sebaiknya segala kebutuhan harus direncanakan. Hasrat yang harus diutamakan adalah yang muncul dan melekat pada sifat manusiawi kita secara mendasar. Dalam hal ini kebutuhan yang bersifat dasariah yang mutlak harus dipenuhi. Selebihnya haruslah direncanakan terlebih dahulu agar hidup kita dapat dikendalikan. Bukan kemewahan dan keinginan yang mengendalikan kita, tetapi alangkah baiknya kita membatasi diri. Buatlah perencanaan yang matang dan komitmen yang kuat maka kita dapat membatasi keinginan dan mengendalikan hidup kita.

Memperkaya batin kita dengan sedikit keinginan sangatlah diperlukan. Karena ternyata seringkali kita memiliki kekayaan tetapi pribadi kita tetap miskin akibat diperbudak oleh aneka keinginan dan kebutuhan. Memang ada kalanya keinginan dan kebutuhan menjadi penting dan harus dipenuhi kalau itu memang hal yang baik menurut Alloh, tetapi tidak sedikit orang yang diperbudak oleh keinginannya justru membuat orang tersebut terjerumus dan tergelincir atau minimal waktunya habis dipakai untuk memikirkan keinginannnya. Padahal keinginan tersebut belum tentu sesuatu yang disukai oleh Alloh.

Dalam situasi bangsa dan negara yang sedang diuji oleh keterbatasan ; barang-barang naik ,bensin naik,listrik naik,ongkos naik , boleh jadi uang yang tadinya cukup mungkin menjadi tidak cukup. Kita harus gigih mencari tambahan rezeki tetapi bersamaan dengan itu kitapun harus punya kegigihan untuk berhemat. Karena siapa tahu Alloh sudah memberikan cukup untuk kebutuhan kita tetapi kita tidak pandai mengendalikan keinginan kita. Sehingga kita menjadi minus kurang bukan karena kurang rezekinya tetapi yang ada adalah tidak bisa berhemat dan tidak disyukuri.

Alloh Maha Tahu keadaan kita lebih tahu dari pada kita sendiri dan Alloh memberikan rambu-rambu bagaimana caranya supaya rezeki itu datang akan semakin dinikmati. Perkara diberi uang oleh Alloh mudah saja, bukankah penjahat juga diberi uang? Perkara makanan itu mudah saja, bukankah kambing juga diberi makan ? Tetapi perkara jadi barokah itulah peranan akal yang dituntun oleh iman agar kita mencari makan atau mencari nafkah benar-benar di jalan yang diridhoi Alloh dan bermanfaat untuk dunia dan akhirat
.
Saudaraku yang baik, mendapatkan rezeki itu tidak harus selalu kita miliki karena kepemilikan itu tidak identik dengan rezeki. Kita sekolah lalu mendapatkan beasiswa itupun rezeki, kita makan tiba-tiba dibayarkan oleh teman itupun adalah rezeki. Kita ke dokter, lalu kemudian dokter dengan lapang hati memberikan kemurahan sehingga tidak mau dibayar itupun sebuah rezeki. Tahap yang sekarang dibahas adalah bagaimana mendatangkan rezeki dari Alloh dengan cara berhemat karena lawan dari berhemat adalah boros. Boros ini disebut kawan setan "Innal mubadzdziriina kaanuu ikhwaanasy syayaathiini" orang-orang yang pemboros itu disebut sobatnya atau kawannya setan begitupun orang yang pelit. Dan diantara boros dan pelit itu adalah hemat.Inilah yang disukai oleh Alloh.

source : 
  • cogito blog
  • INDONESIAN PERSONALITY DEVELOPMENT + DIGITAL LIBRARYtelegram

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

 
Lensa @ kesadaran © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger Shared by Themes24x7
Top