photo 1798095_10200699501448464_1171711221_n_zpsmnk0iyem.jpg



Firman Allah dalam Surat An Nisaa ayat 147: ''Mengapa Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman dan Allah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.''tu pun dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda: Tiada bersyukur pada Allah siapa yang tidak pandai bersyukur (berterimakasih) kepada manusia.'' Oleh karena itu orang yang paling beruntung di dalam hidup ini adalah orang yang dipenuhi oleh rasa syukur.

Lantas, bagaimanakah bentuk syukur yang dapat kita lakukan? Paling tidak, ada lima bentuk syukur nikmat yang perlu kita renungkan. Pertama, yakinlah bahwa semua nikmat itu hanya milik Allah. Tidak ada pembagi nikmat selain Dia. Kedua, afdhulu du'a alhamdulillah. Puji Allah dalam segala situasi, karena apa yang kita nikmati sebenarnya melampaui apa yang menyusahkan diri kita. Jika kita dipuji orang sebagai orang yang cerdas. Sadarilah! Siapa yang menciptakan akal ini? Otak kita dan pikiran kita, adalah ciptaan Allah. Kalau kita dipuji karena rupa dan penampilan kita, lalu siapa yang mendesain wajah kita dan tubuh kita? Hanya Allah! Dan kalaupun kita dipuji karena harta, itu pun ternyata titipan belaka.

Orang yang terkecoh dengan pujian biasanya akan menjadi sombong dan akhirnya dia jatuh karena kesombongannya. Tapi bagi ahli syukur dia selalu mengucapkan, ''Alhamdulillah''. Segala puji hanya bagi Allah. Kalau kita dipuji: ''Wah kamu hebat sekali!'' Ucapkan, ''Alhamdulillah, semua hanyalah milik Allah.'' Atau begini: ''Wah, kamu kaya sekali!'' Katakanlah: ''Alhamdulillah, semuanya adalah titipan Allah.'' Ucapan Alhamdulillah yang muncul dari pikiran yang sehat dan sempurna pasti akan menimbulkan rasa syukur atas segala nikmat yang diterimanya dan peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Ucapan Subhanallah akan menimbulkan rasa takjub yang mengartikan kebesaran Allah serta kesucian-Nya dari segala sifat-sifat kekurangan. Ketiga, berterimakasihlah kepada orang yang menjadi jalan nikmat. Harus disadari, bahwa selain syukur pada Allah, kita juga harus bersyukur pada manusia. Sebab tidak disebut seseorang itu sebagai ahli syukur kecuali ia juga syukur kepada manusia. Hati kita yakin bahwa semua yang kita dapatkan merupakan pemberian Allah melalui prosedur tertentu.

Anak yang tahu balas budi kepada orangtuanya, maka dia bisa disebut sebagai ahli syukur. Berarti anak yang paling tahu balas budi kepada orangtuanya, maka dia bisa disebut sebagai ahli syukur. Berarti anak yang paling tahu balas budi kepada orangtua adalah anak yang paling nikmat hidupnya, sebab sikapnya itu Allah akan selalu akan selalu menambah nikmat-Nya. Keempat, jadikan setiap kenikmatan itu menjadi jalan pendekat kepada Allah. Caranya, dapat dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu sesuai dengan porsi dan peruntukannya. Orang yang bersyukur karena memiliki keturunan, maka ia mempunyai kewajiban untuk mendidik anak keturunannya itu agar dekat dengan Allah. Sebab tidak sedikit orangtua yang tercoreng aib gara-gara anaknya sendiri. Sesungguhnya itu bukan salah siapa-siapa, tapi kita harus sering melakukan instrospeksi diri. Bisa jadi coreng aib itu muncul karena di masa-masa sebelumnya orangtua tidak hati-hati dalam mendidik anak.

Instrospeksi diri tidak pernah ada ruginya. Bagi mereka yang memiliki profesi sebagai guru atau pendidik juga merupakan suatu keberuntungan. Karena hidupnya telah menjadi jalan ilmu bagi orang lain. Bukankah salah satu yang akan jadi cahaya di kubur adalah ilmu yang bermanfaat selain amal jariah dan anak-anak shalih? Kalau kita jadi guru, jadilah guru yang ikhlas, jangan sampai kita mengharapkan sesuatu dari anak-anak. Sebaliknya, kita harus mampu membekali mereka dengan ilmu untuk masa depannya. Itulah investasi kita di alam kubur. Perkara rizki itu masalah Allah. Inti menjadi seorang guru adalah mampu menjadi contoh bukan hanya sekadar bekerja mengajar saja. Itulah yang paling penting dalam mensyukuri profesi ini, yaitu menjadi suri tauladan dan selalu berjuang mendidik anak-anak agar lebih baik dari diri kita sendiri. Dan yang kelima, ceritakanlah nikmat yang kita dapatkan.

Hal ini semata-mata agar orang lain juga dapat mendekat kepada Allah, sehingga membuat mereka memuji Allah ketika melihat nikmat yang ada pada diri kita. Namun jangan sampai kita yang ingin dipuji, sebab itu namanya riya'. Memperlihatkan nikmat merupakan bagian dari syukur. Misalnya acara syukuran, acara tersebut merupakan salah satu cara kita untuk tahadduts hinni'mah (menyebut-nyebut nikmat Allah). Tapi tetap saja kita harus hati-hati agar terhindar dari niat untuk dapat pujian dan orang lain. Luruskan niat karena kita yakin semua nikmat yang kita terima adalah dari Allah dan hanya Allah-lah yang patut mendapat pujian. Banyak hal yang membuat kita tenggelam dalam penderitaan disebabkan karena kita kurang terampil mensyukuri nikmat Allah. Padahal, kita tidak akan pernah mulia dengan kesombongan. Kebahagiaan sebagai buah dari rasa syukur, hanya dapat dirasakan oleh orang yang gemar memuji Allah.

Alhamdulillahirabbil'alamin. Semoga kita menikmati hidup ini dengan merasa dititipi, bukan dengan merasa memiliki. Selamat menikmati syukur nikmat. Semoga Allah mengaruniakan nikmat lainnya — berkah dari rasa syukur atas nikmat yang ada. Wallahua'lam


source : INDONESIAN PERSONALITY DEVELOPMENT + DIGITAL LIBRARY on telegram

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

 
Lensa @ kesadaran © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger Shared by Themes24x7
Top