photo 1798095_10200699501448464_1171711221_n_zpsmnk0iyem.jpg




 Dalam dunia modern ini, semakin banyak orang yang mengalami gangguan perilaku, misalnya gangguan bipolar, kecemasan, panik dan lain sebagainya. Namun pernahkah terpikirkan oleh Anda apa yang melatarbelakangi gangguan tersebut?

Manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Artinya setiap manusia memiliki kemungkinan untuk menjadi tidak normal. Setiap manusia tentu tidak ingin hal yang tidak normal itu terjadi pada dirinya. Namun ada beberapa penyebab yang tidak disadari oleh kebanyakan orang yang menjadikan dirinya tidak normal. Menurut Adler, minat sosial yang tidak berkembang dengan baik dapat melatarbelakangi berbagai jenis gangguan perilaku. Selain minat sosial yang buruk, orang-orang neurotik cenderung membuat tujuan yang terlalu tinggi, memakai gaya hidup kaku, dan hidup dalam dunianya sendiri. Tiga ciri ini diiringi dengan minat sosial yang buruk. Orang-orang neurotic biasanya membuat tujuan hidup yang tinggi dikarenakan untuk mengkompensasi rasa inferioritas nya yang tinggi. Tujuan yang terlalu tinggi itu membuat tingkah lakunya menjadi kaku (harus sesuai dengan aturan). Tujuan yang terlalu tinggi tersebut menjadikannya terpisah dengan orang-orang sekelilingnya yang menjadikan ia hidup di dunianya sendiri.


Faktor Eksternal Dalam Gangguan Perilaku

Ada tiga faktor yang melatarbelakangi gangguan perilaku. Tidak harus ketiga faktor tersebut terpenuhi, satu faktor saja sudah cukup membuat orang perilakunya terganggu. Tiga faktor tersebut adalah cacat fisik, gaya hidup manja dan gaya hidup diabaikan.

1. Cacat Fisik
Cacat fisik saja tidak cukup untuk membuat seseorang mengalami gangguan perilaku. Orang yang cacat fisik jika diikuti dengan perasaan inferior berlebihan baru akan bisa membuat seseorang terganggu perilakunya. Perasaan inferior itu mungkin didorong oleh cacat fisik, namun hal itu sebenarnya merupakan ciptaan dari diri kreatif.

2. Gaya Hidup Manja
Gaya hidup manja menjadi sumber utama penyebab gangguan perilaku. Anak manja memiliki nilai sosial yang rendah dan kurang aktivitas. Mereka juga ingin mempertahankan pemandian itu dan akan mengembangkan hubungan parasit dengan ibunya ke orang lain. Mereka mengharapkan diperhatikan oleh orang lain dan memuaskan keinginannya yang mementingkan diri sendiri. Ciri yang lain dari anak yang dimanja yaitu mudah putus asa, selalu ragu-ragu, sangat sensitif, tidak sabaran dan emosional khususnya dalam hal kecemasan. Mereka menganggap orang lain itu ada untuk melayani dirinya seperti yang dilakukan oleh orangtuanya. Mereka melihat dunia dengan kecamata pribadi dan meyakini bahwa mereka dilahirkan untuk menjadi nomor satu

Sebenarnya anak yang dimanja sangat kurang dicintai oleh orang tuanya. Mereka terlalu dilindungi dari tanggung jawab yang harus ia lakukan. Orang tuanya menunjukkan rasa tidak cintanya melalui mengerjakan segala hal yang menjadi tugas anak seakan-akan si anak tidak mampu melakukan apapun bahkan masalahnya sendiri. Anak yang dimanja juga kan merasa diabaikan ketika ia sedang jauh dari orang tuanya, karena ini sudah terbiasa untuk dilindungi oleh orang tuanya. Setiap kali anak sedang sendiri ia akan merasa diabaikan oleh sebab itu akan membuat dirinya merasa semakin inferior.


3. Gaya Hidup Diabaikan
Anak yang merasa tidak dicintai dan tidak diharapkan akan mengembangkan gaya hidup diabaikan. Diabaikan merupakan konsep yang relatif, karena sebenarnya tidak ada orang yang benar-benar mutlak diabaikan. Buktinya adalah pertumbuhan dia sampai saat ini adalah bukti bahwa ada seseorang yang merawatnya sejak ia masih bayi. Itu berarti ada bibit minat sosial yang ada dalam jiwanya.

Anak yang diperlakukan salah dan disiksa akan memiliki minat sosial yang rendah. Dan cenderung akan menciptakan kehidupannya pada orang yang mengasihinya. Mereka memiliki rasa percaya diri yang rendah dan suka membesar-besarkan masalah. Mereka beranggapan bahwa semua orang ingin karena ia biasa diperlakukan begitu. Mereka menganggap masyarakat adalah musuh dan merasa dirinya terpisah dengan semua orang dan cemburu dengan keberhasilan orang lain.


Kecenderungan Pengamanan (Safeguarding)
Semua orang neurotik menciptakan pengamanan terhadap harga dirinya dan mempertahankan gaya hidupnya neurotik. Kecenderungan pengamanan dalam bentuk yang ringan itu dilakukan oleh semua orang, namun orang yang neurotik melakukannya secara berlebihan demi memperoleh harga diri. Namun sebenarnya kecenderungan pengamanan itu merusak diri sendiri karena mengembangkan superioritas pribadi yang menghambat si pelaku memperoleh harga diri yang otentik. Menurut Adler orang yang neurotik itu sebenarnya sudah tahu kalau ia akan lebih aman jika ia berhenti dari keegoisannya dan mengembangkan interest kepada orang lain.

Psikologi individual menganalisa bahwa orang diuretik sebenarnya takut kalau superioritas personal yang dikejarnya adalah sebuah kesalahan. Lalu mereka akan kehilangan penghargaan dari masyarakat. Untuk mengkompensasi rasa tidak nyaman ini, mereka membangun kecenderungan pengamanan untuk melindungi rasa malu akibat perasaan inferior yang berlebihan.

Ada tigaa jenis kecenderungan pengamanan yaitu excuses (alasan), agresi an menarik diri (withdrawal).

1. Excuses (Alasan)
a. Pada alasan “ya, tetapi” orang pertama menyatakan suatu hal yang disukai orang lain kemudian diikuti dengan alasan. Misalnya seorang ibu mengatakan “saya sebenarnya senang kuliah, tapi anak saya membutuhkan terlalu banyak perhatian saya”. Seorang pimpinan mengatakan “saya setuju dengan proposal anda, tapi kebijakan perusahaan tidak mengijinkan”. Alasan “ya tapi” digunakan untuk mengurangi harga diri yang jatuh

b. Alasan “seandainya jika” dinyatakan dengan cara berbeda. “Seandainya jika saya mendapat fasilitas, saya akan sukses”. “Seandainya jika saya tidak memiliki hambatan fisik, maka produktivitas saya akan meningkat”. Alasan “seandainya jika” ini digunakan untuk melindungi perasaan lemah dari harga diri dan menipu orang lain untuk percaya bahwa mereka sesungguhnya lebih superior dari kenyataan yang ada

2. Agresi
Orang neurotik menggunakan agresi untuk mengamankan superioritas yang berlebihan dan melindungi harga diri yang rentan. Ada tiga macam agresi ya itu depresiasi merendahkan, akusasi dan self akusasi.

a. Merendahkan
Adalah kecenderungan untuk menilai rendah prestasi orang lain dan menilai tinggi prestasi diri sendiri. Kecenderungan ini ada pada perilaku seperti sadisme, gosip, kecemburuan dan tidak toleran. Tujuan dari depresiasi adalah untuk merendahkan orang, sehingga jika dibandingkan, penderita akan kelihatan lebih baik. Jadi sebenarnya orang bergosip itu karena merasa lebih rendah dari orang yang dibicarakan.

b. Menuduh
Adalah kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas kegagalannya sendiri dan kecenderungan untuk mencari pembalasan dendam, sehingga mengamankan kelemahan harga dirinya. Penderita neurotik sering bertingkah laku yang membuat lingkungannya lebih menderita dari dirinya. Jadi jika ada orang yang suka menyiksa anaknya itu dikarenakan ia telah gagal menjadi seorang anak untuk orang tuanya dan menutupi kerendahan harga diri itu dengan menyiksa anaknya sendiri.

c. Menuduh Diri Sendiri
Ditandai dengan menyiksa diri sendiri dan memiliki perasaan berdosa. Menyiksa diri biasanya terjadi pada penderita depresi yang maksudnya untuk mengamankan agar kekuatan neurotiknya tidak menyakiti orang lain. Menuduh diri sendiri dapat dipandang sebagai kebalikan dari depresiasi. Jika diapresiasi menyalahkan orang lain agar diri tampil bagus, menuduh diri sendiri menilai diri rendah dengan tujuan semua kesalahan orang dibebankan pada dirinya untuk melindungi harga dirinya

3. Menarik Diri (Withdrawal)
Adalah kecenderungan untuk melarikan diri dari kesulitan, mengamankan diri dengan cara mengambil jarak. Ada empat jenis withdrawal yaitu mundur, diam ditempat, ragu-ragu dan membuat hambatan setitik semua itu tujuannya agar tidak terjadi penurunan harga diri

a. Mundur
Konsep ini hampir mirip dengan konsep regresi dari Freud dalam hal mundur ke tahap sebelumnya yang lebih aman. Kalau regresi tidak disadari dan melibatkan represi pengalaman yang menyakitkan, kalau mundur sering disadari yang bertujuan untuk menjadi superior. Singkatnya orang akan mundur perilakunya dari usia sebenarnya untuk mencari perhatian dari orang lain. Biasanya sikap ini muncul pada anak yang dimanjakan. Percobaan bunuh diri adalah usaha untuk menarik perhatian orang lain, memaksa orang lain untuk mengasihaninya dan melindungi dirinya agar tetap hidup.

b. Diam di Tempat
Konsep ini mirip dengan konsep fiksasi dari Freud yang menghambat perkembangan normal. Bedanya, kalau diam di tempat itu dilakukan secara sadar. Orang yang diam tidak bergerak ke manapun, menolak semua tanggung jawab dengan menarik diri dari semua ancaman kegagalan. Mereka memilih untuk tidak melakukan apapun agar orang lain tidak tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan hal itu. Istilahnya “cari aman”. Orang yang tidak pernah ikut tes di PTN tidak akan pernah merasakan kegagalan tes, anak yang malu dan menjauhi temannya tidak pernah merasa ditolak oleh temannya. Dengan tidak mengerjakan apapun, orang melindungi harga diri dari kegagalan.

 c. Ragu-Ragu
Berhubungan erat dengan diam di tempat. Banyak orang yang ragu dalam menghadapi persoalan yang sulit. Akhirnya timbulah mengulur waktu yang menjadi cara pengamanan yang efektif, sehingga masalah tidak perlu dihadapi.

d. Membangun Hambatan
Adalah bentuk yang hampir mirip dengan alasan “seandainya jika”. Orang akan membuat suatu halangan yang sekiranya bisa ia hadapi, kemudian ia melakukan pekerjaan itu dan berhasil melewati penghalang yang ia buat. Dengan cara itu dia bisa mempertahankan harga dirinya. Misalnya seseorang ingin membuat suatu kaligrafi, lalu dengan sengaja ia membuat jaringnya terluka. Lalu dia lanjut membuat kaligrafi. Seakan-akan dalam hatinya berkata “aku hebat kan walaupun jariku terluka aku tetap dapat membuat kaligrafi yang indah”.

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press

0 komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

 
Lensa @ kesadaran © 2013. All Rights Reserved. Powered by Blogger Shared by Themes24x7
Top